DBS

DBS
Gabung Bersama Team Kami

Rabu, 19 Oktober 2011

Kisah inspirasi untuk para istri dan suami


Semoga peristiwa di bawah ini membuat kita belajar bersyukur untuk apa yang kita miliki :
Aku membencinya, itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami. Meskipun menikahinya, aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua, membuatku membenci suamiku sendiriWalaupun menikah terpaksa, aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka.
Ketika menikah, aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang istri. Aku selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ia lakukan padaku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua keinginanku.
Di rumah kami, akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan. Jika ada sedikit saja masalah, aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur, aku sebal melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan meninggalkan bekas lengket, aku benci ketika ia memakai komputerku meskipun hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku marah kalau ia menggantung bajunya di kapstock bajuku, aku juga marah kalau ia memakai pasta gigi tanpa memencetnya dengan rapi, aku marah kalau ia menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senang dengan teman-temanku.
Tadinya aku memilih untuk tidak punya anak. Meskipun tidak bekerja, tapi aku tak mau mengurus anak. Awalnya dia mendukung dan akupun ber-KB dengan pil. Tapi rupanya ia menyembunyikan keinginannya begitu dalam sampai suatu hari aku lupa minum pil KB dan meskipun ia tahu ia membiarkannya. Akupun hamil dan baru menyadarinya setelah lebih dari empat bulan, dokterpun menolak menggugurkannya.
Itulah kemarahanku terbesar padanya. Kemarahan semakin bertambah ketika aku mengandung sepasang anak kembar dan harus mengalami kelahiran yang sulit. Aku memaksanya melakukan tindakan vasektomi agar aku tidak hamil lagi. Dengan patuh ia melakukan semua keinginanku karena aku mengancam akan meninggalkannya bersama kedua anak kami.
Waktu berlalu hingga anak-anak tak terasa berulang tahun yang ke-delapan. Seperti pagi-pagi sebelumnya, aku bangun paling akhir. Suami dan anak-anak sudah menungguku di meja makan. Seperti biasa, dialah yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah. Hari itu, ia mengingatkan kalau hari itu ada peringatan ulang tahun ibuku. Aku hanya menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-katanya yang mengingatkan peristiwa tahun sebelumnya, saat itu aku memilih ke mal dan tidak hadir di acara ibu. Yaah, karena merasa terjebak dengan perkawinanku, aku juga membenci kedua orangtuaku.
Sebelum ke kantor, biasanya suamiku mencium pipiku saja dan diikuti anak-anak. Tetapi hari itu, ia juga memelukku sehingga anak-anak menggoda ayahnya dengan ribut. Aku berusaha mengelak dan melepaskan pelukannya. Meskipun akhirnya ikut tersenyum bersama anak-anak. Ia kembali mencium hingga beberapa kali di depan pintu, seakan-akan berat untuk pergi.
Ketika mereka pergi, akupun memutuskan untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke salon adalah hobiku. Aku tiba di salon langgananku beberapa jam kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku sekaligus orang yang tidak kusukai. Kami mengobrol dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan kami. Tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon, namun betapa terkejutnya aku ketika menyadari bahwa dompetku tertinggal di rumah. Meskipun merogoh tasku hingga bagian terdalam aku tak menemukannya di dalam tas. Sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan aku menelepon suamiku dan bertanya.
“Maaf sayang, kemarin Farhan meminta uang jajan dan aku tak punya uang kecil maka kuambil dari dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu, kalau tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku.” Katanya menjelaskan dengan lembut.
Dengan marah, aku mengomelinya dengan kasar. Kututup telepon tanpa menunggunya selesai bicara. Tak lama kemudian, handphoneku kembali berbunyi dan meski masih kesal, akupun mengangkatnya dengan setengah membentak. “Apalagi??”
“Sayang, aku pulang sekarang, aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayang sekarang ada dimana?” tanya suamiku cepat , kuatir aku menutup telepon kembali. Aku menyebut nama salonku dan tanpa menunggu jawabannya lagi, aku kembali menutup telepon. Aku berbicara dengan kasir dan mengatakan bahwa suamiku akan datang membayarkan tagihanku. Si empunya Salon yang sahabatku sebenarnya sudah membolehkanku pergi dan mengatakan aku bisa membayarnya nanti kalau aku kembali lagi. Tapi rasa malu karena “musuh”ku juga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku gengsi untuk berhutang dulu.
Hujan turun ketika aku melihat keluar dan berharap mobil suamiku segera sampai. Menit berlalu menjadi jam, aku semakin tidak sabar sehingga mulai menghubungi handphone suamiku. Tak ada jawaban meskipun sudah berkali-kali kutelepon. Padahal biasanya hanya dua kali berdering teleponku sudah diangkatnya. Aku mulai merasa tidak enak dan marah.
Teleponku diangkat setelah beberapa kali mencoba. Ketika suara bentakanku belum lagi keluar, terdengar suara asing menjawab telepon suamiku. Aku terdiam beberapa saat sebelum suara lelaki asing itu memperkenalkan diri, “selamat siang, ibu. Apakah ibu istri dari bapak armandi?” kujawab pertanyaan itu segera. Lelaki asing itu ternyata seorang polisi, ia memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan dan saat ini ia sedang dibawa ke rumah sakit kepolisian. Saat itu aku hanya terdiam dan hanya menjawab terima kasih. Ketika telepon ditutup, aku berjongkok dengan bingung. Tanganku menggenggam erat handphone yang kupegang dan beberapa pegawai salon mendekatiku dengan sigap bertanya ada apa hingga wajahku menjadi pucat seputih kertas.
Entah bagaimana akhirnya aku sampai di rumah sakit. Entah bagaimana juga tahu-tahu seluruh keluarga hadir di sana menyusulku. Aku yang hanya diam seribu bahasa menunggu suamiku di depan ruang gawat darurat. Aku tak tahu harus melakukan apa karena selama ini dialah yang melakukan segalanya untukku. Ketika akhirnya setelah menunggu beberapa jam, tepat ketika kumandang adzan maghrib terdengar seorang dokter keluar dan menyampaikan berita itu. Suamiku telah tiada. Ia pergi bukan karena kecelakaan itu sendiri, serangan stroke-lah yang menyebabkan kematiannya. Selesai mendengar kenyataan itu, aku malah sibuk menguatkan kedua orangtuaku dan orangtuanya yang shock. Sama sekali tak ada airmata setetespun keluar di kedua mataku. Aku sibuk menenangkan ayah ibu dan mertuaku. Anak-anak yang terpukul memelukku dengan erat tetapi kesedihan mereka sama sekali tak mampu membuatku menangis.
Ketika jenazah dibawa ke rumah dan aku duduk di hadapannya, aku termangu menatap wajah itu. Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas. Kudekati wajahnya dan kupandangi dengan seksama. Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah ia berikan padaku selama sepuluh tahun kebersamaan kami. Kusentuh perlahan wajahnya yang telah dingin dan kusadari inilah kali pertama kali aku menyentuh wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum hangat. Airmata merebak dimataku, mengaburkan pandanganku. Aku terkesiap berusaha mengusap agar airmata tak menghalangi tatapan terakhirku padanya, aku ingin mengingat semua bagian wajahnya agar kenangan manis tentang suamiku tak berakhir begitu saja. Tapi bukannya berhenti, airmataku semakin deras membanjiri kedua pipiku. Peringatan dari imam mesjid yang mengatur prosesi pemakaman tidak mampu membuatku berhenti menangis. Aku berusaha menahannya, tapi dadaku sesak mengingat apa yang telah kuperbuat padanya terakhir kali kami berbicara.
Aku teringat betapa aku tak pernah memperhatikan kesehatannya. Aku hampir tak pernah mengatur makannya. Padahal ia selalu mengatur apa yang kumakan. Ia memperhatikan vitamin dan obat yang harus kukonsumsi terutama ketika mengandung dan setelah melahirkan. Ia tak pernah absen mengingatkanku makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku kalau aku sedang malas makan. Aku tak pernah tahu apa yang ia makan karena aku tak pernah bertanya. Bahkan aku tak tahu apa yang ia sukai dan tidak disukai. Hampir seluruh keluarga tahu bahwa suamiku adalah penggemar mie instant dan kopi kental. Dadaku sesak mendengarnya, karena aku tahu ia mungkin terpaksa makan mie instant karena aku hampir tak pernah memasak untuknya. Aku hanya memasak untuk anak-anak dan diriku sendiri. Aku tak perduli dia sudah makan atau belum ketika pulang kerja. Ia bisa makan masakanku hanya kalau bersisa. Iapun pulang larut malam setiap hari karena dari kantor cukup jauh dari rumah. Aku tak pernah mau menanggapi permintaannya untuk pindah lebih dekat ke kantornya karena tak mau jauh-jauh dari tempat tinggal teman-temanku.
Saat pemakaman, aku tak mampu menahan diri lagi. Aku pingsan ketika melihat tubuhnya hilang bersamaan onggokan tanah yang menimbun. Aku tak tahu apapun sampai terbangun di tempat tidur besarku. Aku terbangun dengan rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku membujukku dengan sia-sia karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan dirinya.
Hari-hari yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang selama ini kuinginkan tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk bersamanya. Di hari-hari awal kepergiannya, aku duduk termangu memandangi piring kosong. Ayah, Ibu dan ibu mertuaku membujukku makan. Tetapi yang kuingat hanyalah saat suamiku membujukku makan kalau aku sedang mengambek dulu. Ketika aku lupa membawa handuk saat mandi, aku berteriak memanggilnya seperti biasa dan ketika malah ibuku yang datang, aku berjongkok menangis di dalam kamar mandi berharap ia yang datang. Kebiasaanku yang meneleponnya setiap kali aku tidak bisa melakukan sesuatu di rumah, membuat teman kerjanya kebingungan menjawab teleponku. Setiap malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku terbangun dengan sosoknya di sebelahku.
Dulu aku begitu kesal kalau tidur mendengar suara dengkurannya, tapi sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya kembali. Dulu aku kesal karena ia sering berantakan di kamar tidur kami, tetapi kini aku merasa kamar tidur kami terasa kosong dan hampa. Dulu aku begitu kesal jika ia melakukan pekerjaan dan meninggalkannya di laptopku tanpa me-log out, sekarang aku memandangi komputer, mengusap tuts-tutsnya berharap bekas jari-jarinya masih tertinggal di sana. Dulu aku paling tidak suka ia membuat kopi tanpa alas piring di meja, sekarang bekasnya yang tersisa di sarapan pagi terakhirnyapun tidak mau kuhapus. Remote televisi yang biasa disembunyikannya, sekarang dengan mudah kutemukan meski aku berharap bisa mengganti kehilangannya dengan kehilangan remote. Semua kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa dia mencintaiku dan aku sudah terkena panah cintanya.
Aku juga marah pada diriku sendiri, aku marah karena semua kelihatan normal meskipun ia sudah tidak ada. Aku marah karena baju-bajunya masih di sana meninggalkan baunya yang membuatku rindu. Aku marah karena tak bisa menghentikan semua penyesalanku. Aku marah karena tak ada lagi yang membujukku agar tenang, tak ada lagi yang mengingatkanku sholat meskipun kini kulakukan dengan ikhlas. Aku sholat karena aku ingin meminta maaf, meminta maaf pada Allah karena menyia-nyiakan suami yang dianugerahi padaku, meminta ampun karena telah menjadi istri yang tidak baik pada suami yang begitu sempurna. Sholatlah yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit. Cinta Allah padaku ditunjukkannya dengan begitu banyak perhatian dari keluarga untukku dan anak-anak. Teman-temanku yang selama ini kubela-belain, hampir tak pernah menunjukkan batang hidung mereka setelah kepergian suamiku.
Empat puluh hari setelah kematiannya, keluarga mengingatkanku untuk bangkit dari keterpurukan. Ada dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi. Kembali rasa bingung merasukiku. Selama ini aku tahu beres dan tak pernah bekerja. Semua dilakukan suamiku. Berapa besar pendapatannya selama ini aku tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya jumlah rupiah yang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai untuk keperluan pribadi dan setiap bulan uang itu hampir tak pernah bersisa. Dari kantor tempatnya bekerja, aku memperoleh gaji terakhir beserta kompensasi bonusnya. Ketika melihatnya aku terdiam tak menyangka, ternyata seluruh gajinya ditransfer ke rekeningku selama ini. Padahal aku tak pernah sedikitpun menggunakan untuk keperluan rumah tangga. Entah darimana ia memperoleh uang lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku tak pernah bertanya sekalipun soal itu.Yang aku tahu sekarang aku harus bekerja atau anak-anakku takkan bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi bonusnya takkan cukup untuk menghidupi kami bertiga. Tapi bekerja di mana? Aku hampir tak pernah punya pengalaman sama sekali. Semuanya selalu diatur oleh dia.
Kebingunganku terjawab beberapa waktu kemudian. Ayahku datang bersama seorang notaris. Ia membawa banyak sekali dokumen. Lalu notaris memberikan sebuah surat. Surat pernyataan suami bahwa ia mewariskan seluruh kekayaannya padaku dan anak-anak, ia menyertai ibunya dalam surat tersebut tapi yang membuatku tak mampu berkata apapun adalah isi suratnya untukku.
Istriku Liliana tersayang,
Maaf karena harus meninggalkanmu terlebih dahulu, sayang. maaf karena harus membuatmu bertanggung jawab mengurus segalanya sendiri. Maaf karena aku tak bisa memberimu cinta dan kasih sayang lagi. Allah memberiku waktu yang terlalu singkat karena mencintaimu dan anak-anak adalah hal terbaik yang pernah kulakukan untukmu.
Seandainya aku bisa, aku ingin mendampingi sayang selamanya. Tetapi aku tak mau kalian kehilangan kasih sayangku begitu saja. Selama ini aku telah menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupan kalian nanti. Aku tak ingin sayang susah setelah aku pergi. Tak banyak yang bisa kuberikan tetapi aku berharap sayang bisa memanfaatkannya untuk membesarkan dan mendidik anak-anak. Lakukan yang terbaik untuk mereka, ya sayang.
Jangan menangis, sayangku yang manja. Lakukan banyak hal untuk membuat hidupmu yang terbuang percuma selama ini. Aku memberi kebebasan padamu untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tak sempat kau lakukan selama ini. Maafkan kalau aku menyusahkanmu dan semoga Tuhan memberimu jodoh yang lebih baik dariku.
Teruntuk Farah, putri tercintaku. Maafkan karena ayah tak bisa mendampingimu. Jadilah istri yang baik seperti Ibu dan Farhan, ksatria pelindungku. Jagalah Ibu dan Farah. Jangan jadi anak yang bandel lagi dan selalu ingat dimanapun kalian berada, ayah akan disana melihatnya. Oke, Buddy!
Aku terisak membaca surat itu, ada gambar kartun dengan kacamata yang diberi lidah menjulur khas suamiku kalau ia mengirimkan note.
Notaris memberitahu bahwa selama ini suamiku memiliki beberapa asuransi dan tabungan deposito dari hasil warisan ayah kandungnya. Suamiku membuat beberapa usaha dari hasil deposito tabungan tersebut dan usaha tersebut cukup berhasil meskipun dimanajerin oleh orang-orang kepercayaannya. Aku hanya bisa menangis terharu mengetahui betapa besar cintanya pada kami, sehingga ketika ajal menjemputnya ia tetap membanjiri kami dengan cinta.
Aku tak pernah berpikir untuk menikah lagi. Banyaknya lelaki yang hadir tak mampu menghapus sosoknya yang masih begitu hidup di dalam hatiku. Hari demi hari hanya kuabdikan untuk anak-anakku. Ketika orangtuaku dan mertuaku pergi satu persatu meninggalkanku selaman-lamanya, tak satupun meninggalkan kesedihan sedalam kesedihanku saat suamiku pergi.
Kini kedua putra putriku berusia duapuluh tiga tahun. Dua hari lagi putriku menikahi seorang pemuda dari tanah seberang. Putri kami bertanya, “Ibu, aku harus bagaimana nanti setelah menjadi istri, soalnya Farah kan ga bisa masak, ga bisa nyuci, gimana ya bu?”
Aku merangkulnya sambil berkata “Cinta sayang, cintailah suamimu, cintailah pilihan hatimu, cintailah apa yang ia miliki dan kau akan mendapatkan segalanya. Karena cinta, kau akan belajar menyenangkan hatinya, akan belajar menerima kekurangannya, akan belajar bahwa sebesar apapun persoalan, kalian akan menyelesaikannya atas nama cinta.”
Putriku menatapku, “seperti cinta ibu untuk ayah? Cinta itukah yang membuat ibu tetap setia pada ayah sampai sekarang?”
Aku menggeleng, “bukan, sayangku. Cintailah suamimu seperti ayah mencintai ibu dulu, seperti ayah mencintai kalian berdua. Ibu setia pada ayah karena cinta ayah yang begitu besar pada ibu dan kalian berdua.”
Aku mungkin tak beruntung karena tak sempat menunjukkan cintaku pada suamiku. Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, tetapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus.
Sumber : http://bundaiin.blogdetik.com/2011/10/07/kisah-inspirasi-untuk-para-istri-dan-suami/
Selengkapnya...

GRAND FINANCIAL FREEDOM SEMINAR (FFS) SALATIGA

GRAND FINANCIAL FREEDOM SEMINAR (FFS) SALATIGA
"There is no SUPERMAN, There is a SUPERTEAM"

Hari / Tgl : Minggu, 23 Oktober 2011
Waktu : 13.00 WIB (Mohon Tepat Waktu)
Tempat : Gd. STAIN Salatiga Jl. Stadion No. 03 (Sebelah Lap. Pancasila)
Spesial menghadirkan seorang Milyader Muda DBS dari Bandung (usia 26th, jalankan DBS 4th sudah memiliki 3 mobil sport, 10 property yg bernilai lebih dari 15Milyar & berpenghasilan lebih dari 300jt/bln. Emerald Ent. Ir Randu Sekti Wibowo.
Dan akan dihadiri oleh seorang Gold Entrepreneur DBS Cibinong yang telah menjalankan bisnis DBS selama 4 tahun, 1 unit Toyota Celica, 1 unit Toyota Kijang Innova, memiliki 1 Kantor Perwakilan DBS, dan membangun 1 unit rumah. Zein Supratman (Gold Entrepreneur).

Pembicara Tamu: Bronze Ent. Bpk Hery Hariyanto (Salatiga)
MC: Bpk Purnama

Dihadiri oleh:
BE Luluk Edi Prasetyo, Salatiga
BE Muh. Mujib, Jakarta
BE Ivam Paningar, Batang
BE Eri Subhi, Jepara
BE Didik Anto, Solo
SE Aim Alfaridsy, Semarang
SE Ahmad Yuli S, Semarang
GE Mamad Umiyarso, Solo
Bagi Bronze Ent. Above yg akan hadir, harap bisa menghubungi terlebih dahulu.

Ticket Box: Rp 20.000
Early Bird: Rp 10.000 (sampai 17 Oktober 2011).

Tiket tersedia di Kantor DBS Solo & Semarang.
Sudahkah Anda Early Bird hari ini??

CP: Aim (085727275074)

GO !! FIGHT !! WIN !!
Selengkapnya...

Rabu, 05 Oktober 2011

Mengisi Pekerja Di Gedung Empire And Allies


Berikut ini saya berikan link untuk meminta Staf dlm empires & allies. Untuk hasil yang maksimal buka beberapa tab pada browser anda untuk melakukan pengiriman secara bersamaan. Mungkin 5 tab atau lebih untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Selamat mencoba...!!
klik Gambar Gedung yang anda bangun dibawah ini
Percetakan Uang
Kamu Perlu Isi 12 Staf


Selengkapnya...

Senin, 03 Oktober 2011

Cheat empires and allies Building Part


Berikut ini saya berikan link untuk meminta Komponen dlm empires & allies. Untuk hasil yang maksimal buka beberapa tab pada browser anda untuk melakukan pengiriman secara bersamaan. Mungkin 5 tab atau lebih untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Selamat mencoba...!!
klik link yang pada Komponen dibawah ini
Komponen Terbaru Empire & Allies

Anak Panah Bius

3 Element Z

Pembakar Bunsen
Kamera Berkecepatan Tinggi
Tangki Nitrogen Cair
Gulungan Selotip
Kotak Alat Persisi
Timbangan Presisi
Detektor Gas Genggam
Kacamata Infrared
Bumper Mobil
Pembidik Laser
Papan Sirkuit

Generator Cadangan



Mesin Disel Turbo

Mesin Sentrifugal

Tangan Robot Industri



Menara Pendingin

Kotak Rivet

Pemadam Kebakaran

Unit Sensor

Pistol Rivet

Ruang Vakum
Surat Pencetak Biru

Unit Penahanan

Baling Baling

Sekrup
Palang Kayu
Unit IRST


Perlengkapan Menara Pertahanan I
Paku

Gergaji Meja

Pistol Paku















Selengkapnya...

Selasa, 01 Februari 2011

SAYA BERGABUNG DENGAN DUTA BUSINESS SCHOOL KARENA:

1. DBS Bisnis HALAL dan LEGAL;
2. Keterbukaan perusahaan sebagai faktor kepercayaan yang tinggi terhadap DBS;
Sistem marketing plan DBS sangat mudah;
3. Banyak Keuntungan/Bonus atau Subsidi DBS seperti Subsidi Sponsor, Subsidi Pasangan, 4. Subsidi Titik dan Subsidi Duplikasi dimana akan menghasilkan duplikasi bonus yang luar biasa / pasive income yang bisa mengalir dahsyat bagi orang yang mau bekerja lebih keras dan cerdas dan yang rajin akan sangat hebat incomenya dibanding yang malas! Program Royalty Keagenan Pulsa, Program Reward dan Sharing Profit International; Silakan baca Keuntungan yang akan Anda dapatkan sebagai Agen Pulsa Elektronik DBS pada bagian menu Keuntungan di atas.
5. Mendapatkan pelatihan melalui seminar-seminar mengenai pengembangan diri;
6. Produk DBS sangat diperlukan masyarakat;
7. Transfer cash ke rekening masing-masing tiap minggu plus bonus pulsa;
8. DBS Tidak pernah telat bayar bonus atau subsidi;
9. Biaya gabung yang terjangkau oleh masyarakat yaitu: 1 titik Hak Usaha (HU) hanya Rp. 200.000, 3 titik HU Rp. 570.000 dan 7 titik HU/Hak Usaha Rp. 1.310.000;
10. Kartu member DBS bisa menjadi kartu discount belanja di lebih dari 5000 merchant ternama yang ada di Indonesia;
11. Keanggotaan DBS seumur Hidup dan bisa diwariskan;
12. GRATIS asuransi kecelakaan senilai Rp.10.000.000,- dan seumur hidup bagi yang join 7 titik HU;
13. LEGALITAS PERUSAHAAN YANG JELAS :
SIUP : 510/2-0077-DISKUKM & PERINDAG/2008
TDP : 101115113715
NPWP : 02.789.009.4-429.000
SK Menteri Hukum & HAM : AHU-09853 AH.01.0101 Tahun 2008
14. Masih banyak lagi keunggulan - keunggulan dan bisa Anda baca sendiri.
Selengkapnya...

Sale

STATISTIK BISNIS DBS

PT DUTA FUTURE INTERNASIONAL
MEMBER PT. DUTA FUTURE INTERNASIONAL MENEMBUS 5 JUTA MEMBER SAMPAI SEKARANG
GOOOO FREEEDOOOOMMM

ULANG TAHUN DBS

Info Produk DBS

DBS Syifanoni & DBS Habbazzaitun segera diluncurkan.. Tunggu tanggal mainnya.

Segera dapatkan DVD Training, "BISNIS YANG BERKAH" oleh Aa Gym di kantor DFI, Harga PROMO @Rp.5000,-. Pengiriman luar kota, minimum order 50 pcs atau Rp.250.000,-

Tambah pengetahuan Anda dengan informasi yang akurat lewat majalah DBS, GO FREEDOM & Tabloid WARTA POLISI. Harga promo GO FREEDOM + WARTA POLISI Rp. 25.000,-. Pengiriman luar kota, minimum order 20 paket atau Rp. 500.000,-.

Segera diluncurkan dalam beberapa bulan kedepan: DBS Webmatic, DBS Mobile Ad, DBS Messenger & DBS Taushiah.

Sponsor

KODE ETIK MEMBER DBS

Member DBS yang telah meraih posisi Group Leader abbove DILARANG mengikuti bisnis network yang lain. Apabila seorang Group Leader abbove kedapatan mengikuti bisnis network yang lain sehingga meresahkan member-member yang dia sponsori maka perusahaan berhak menonaktifkan keanggotannya. (Penjelasan Peraturan Member pasal 14)

Time Is Money

Team Support

"GOOO FREEDOOMMM"
> KAB. KONSEL Bpk Sudirman : 085241695111
Bpk Yusuf : 081341631944
> KAB. KONAWE
Bpk Aswar : 081245852788
Bpk Akbar : Bpk Masbul : 081341840832
> KAB. KONUT
Bpk Sanif :
> KAB. KOLAKA
Bpk Rudi : 085241818232
Bpk Hary : 085242429249
> Kota Kendari
Bpk Koko : 085241711617
Bpk Indra : 081341563006
Bpk Sulaeman : 085241822131
Mari Bersama-sama kita membangun Kesuksesan Dengan Semangat Gotong Royong dan Berjiwa Pancasila GOO FREEEDOM
ADMIN TEAM DBS WONUA :
Jl. Perum TAS III Blok A6/19
Sidoarjo,Jatim
Telp. , 081245600053
SMS Aktivasi Kartu:,
0812 456 000 53
email :
dbs_kdi@yahoo.co.id,
YM:nanankjhe

Biaya Pendaftaran :
Rp.200.000,- untuk HU (Hak Usaha) pertama
Rp.150.000,- HU Berikutnya (Kartu Reguler)

No Rek. :791 029 1992
an. Muh Maulana

FEEDJIT Live Traffic Feed

 

Copyright © 2009 by TEAM DBS WONUA